Generasi Revolusi

      
Masyarakat sekarang harusnya mau belajar secara jernih, merguru pada masa lalu yang kini tinggal mengendap jadi abstraksi buku dan sampah peradaban semata. Ah, idealisme Soekarno simpang siur. Pun rentetan-rentetan kronologi sejarah di tempatkan di mana, tidak tahu. Pandora nan hitam kah?Yang jelas: terabaikan!
          Padahal alur perjalanan bangsa Indonesia kaya akan ajaran, utamanya bagi generasi sekarang ini yang kehilangan teladan. Era globalisasi, hendaknya mari saling berintrospeksi diri. Kenanglah memor jaman dulu. Sudah terangkum alkisah sejarah, sampai menjamurnya corak kerajaan di Nusantara yang sejahtera, ngrembuyung, dan adiluhung…

#Pernah Dijajah #
       Masih ingatkah jikalau bangsa kita pernah dijajah, dipecah-belah? Selama hampir empat abad, kita dalam keadaan impotensi. Kemudian, menjadi potensi manakala muncul para pahlawan yang gigih menghimpun perjuangan, tegak berdiri mengusung kemerdekaan…
       Mengapa mereka ikhlas berjuang? Bagaimanakah awal berani memulai perjuangan? Berapa coba peluang menang? Bagaimana sulitnya bergerilya? Sikap terhadap penjajah? Pikiran apa juga yang siang-malam mereka geluti? Dan pertanyaan macam-macam lagi yang kalau dijawab akan mampu menusuk relung perasaan. Nah, lalu, bagaimanakah kristalisasi masyarakat sekarang ini dalam menghargai juang pahlawan? Ah, nampaknya lebih baik kita minta dijajah lagi saja supaya bisa menjiwai betul semua itu.
Ditambah lagi fase Indonesia serikat, orde lama, orde baru, sampai gebrakan reformasi: semua mengandung amanah yang harusnya mampu menuduhkan kita akan kebijaksanaan…

# Polemik #
         Akan tetapi, bagaimana kabar kini? Westernisasi mengusir keluhuran tradisi. Masyarakat Indonesia lain wajah. Seakan globalisasi diboncengi demoralisasi. Masyarakat kepradah, tanpa tahu arah. Dimanja produk-produk tipi, diajari anarki, budaya-budaya serba instan, dan merebaknya keangkuhan sosial.
Parah lagi di lembaga kenegaraan. Tikus-tikus rakus kekuasaan. KKN menodai budaya nenek moyang. Kas Negara digerogoti, APBN dimanipulasi. Politikpun kini serba manipulasi. Rakyatnya? Antipati! Astaghfirulloh…
        Sedang, babagan pembangunan nasional; sebenarnya apa yang tengah kita bangun selama ini? Istana megahkah? Gedung dan pabrik mewah? Fasilitas yang serba lengkap? Negara kaya raya? Ah, itulah produk kapitalis! Maka, Indonesia kan hilang jiwanya, hilang pancasilanya… Persaingan sebanding dengan keangkuhan. Masyarakat kita bekerja atas nama perut, melengkapi perabotan, kemudian meninggikan rumah agar tidak lagi kenal tetangga…
      Astaghfirulloh… sangat tidak memanusiakan manusia. Masyarakat sekarang jauh dari nilai-nilai kerohanian. Gusti Alloh dipindah ke mana? Tak diketahui rimbanya…

# Menanti Subjek #

          Lagi-lagi, polemik menanti subyek. Siapakah pahlawannya? Apa kan datang ratu adil? Masihkah ada nabi? Jelas, tidak!
        Sebenarnya, semua sudah dikandung pemuda. Pemudalah sokoguru bangsa, generasi penerus, yang dfiharap-harapkan… Pemuda kaya akan potensi, inspirasi, dan kreasi… Pemuda jugalah jembatan emas pengemban estafet kepemimpinan. Kelak, kan menggeret perubahan…
         Idealisme pemuda harus tambah hidup! Gerakan revolusioner muda jatahnya eksis! Umpamanya lewat demo, penelitian dan temuan ilmiah, berkomunitas, dll. Gerakan revolusioner yang selalu didengung-dengungkan itu disamping berbekal intelektual, hendaknya juga diiringi dengan humanism dan penataan hati. Sehingga, tidak menimbulkan tindak anarki dan main terjang saja.
      Sedangkan masih banyak pula pemuda yang terjerat kasus narkoba, free sex/ pergaulan bebas, brandalisme, dan criminal: Itulah PR kita bersama.
Abad-abad jalan, sejarah, kronologi, dan ketimpangan sosial, kini sampai dipijak kita bersama. Kita adalah seorang pemuda!
        Agaknya, gambaran bagaimana perwujudan alam nonfisik pemuda, -terutama remaja- penuh dengan seabreg proses yang memusar di dalamnya. Mencari jati diri, hakikat keduniaan ini, cinta sejati: cinta Illahi... Sehingga, mari kita terus berupaya saling memotivasi  perkembangan kedewasaan sehingga kelak akan dihasilkan generasi yang muda yang bijaksana.
      Bisa juga mewakili kehidupan remaja jaman kalatidha ini yang serba cemas, eh: GALAU ding! Kamseupay buangeettt gityuuu... Dan budaya-budaya pop ‘ra nggenah’ yang tidak diketahui lagi jluntrungnya...
          Masih banyak saudara-saudara kita yang sedang mengalami remaja-isasi ataupun masa pencarian jati diri, lalu coba-mencoba, kemudian baring gelimpangan idealisme digulung gelintingan karena sudah terjangkit budaya ‘ra nggenah’: narkoba, free sex/ pergaulan bebas, brandalisme, dan kriminalitas. Bahkan yang belum sempat menikmati fitrah ketekanan badai hidup dan belum sempat melek mata dan metafisika, sudah keduluan terjaring budaya ra nggenah tadi... Alhasil, seperti yang sama-sama kita rasakan saat ini...

 # Berani Memulai#

         Saya menangkap, revolusi di Indonesia itu hanya membutuhkan penegasan. Wujudnya yaitu berani untuk mulai menyatakan. Indonesia tetap menjadi Negara yang plural, damai dengan multikultural. Memang, sebenarnya budaya adiluhung Indonesia yang sangat ramah tamah ini sangat potensial sekali untuk menambahi kualitas persaudaraan.
           Kemudian, arah pembangunan kita hendaknya diawali dengan basmalah (atas nama Alloh SWT), yang manifestasinya tidak mengedepankan perihal fisik/ materi semata, tetapi lebih mementingkan psikis/ kekayaan rohani. Kita perlu menggali kembali identitas luhur para pahlawan dan pendahulu kita. Lifestyle pun menjadi lebih sehat. Pembangunan yang memposisikan kita sebagai manusia seutuhnya, bukannya mesin yang tak hentinya bekerja.
            Segala aspek kehidupan memang perlu dirombak sehingga menjadikan kita bijaksana. Puncaknya kan memandang tujuan yang murni, yaitu mengejar Gusti Illahi yang Maha Sejati. Yakinlah, bersama Illahi, semua akan gampang tercapai...
          Wah, enak juga ya menjadi pemuda yang sudah bisa mendekat dengan Tuhannya? Segala cerita ketimpangan social, polemic kenegaraan, konflik keagamaan, frustasi, dan thethek mbengek-- kembalikan saja kepada Sang Maha Empunya. Termasuk, dari Dia jugalah source of the great power: keimanan, keikhlasan, pengabdian, rela berkorban, heroism, dan kebermanfaatan bagi sesama. Jadi siapkah Kalian, duhai Para Pemuda?

Posting Komentar

0 Komentar