Pernahkah
kita bertanya, bagaimana perihal adanya
alam semesta ini? Hebat sekali alam semesta seandainya ia dapat menciptakan
dirinya sendiri. Mengapa juga terjadi berbagai proses di alam semesta? Lalu,
bagaimana bias manusia lahir, berpijak di muka bumi ini dan menyandang
kebudayaan tersendiri? Jasad kita ini mengandung sistem yang menakjubkan,
system pencernaan, respirasi, ekskresi, dan lain-lain. Bagaimana dengan adanya
organ-organ luar biasa yang memiliki fungsi masing-masing fungsinya demi menyokong
metabolisme tubuh? Ada otak yang mengatur kerja tubuh menyeluruh, panca indra,
kulit untuk melindungi jasad dari latar luar, dan lain-lain. Padahal ketika
lahir, kita bisanya menangis dan mengompol, tidak bisa menciptakan diri
sendiri. Mana mungkin juga semua system yang sedemikian rumit dan sempurna ini
terwujud tanpa ada yang mencipta, sebab
sejatinya semua benda pada dasarnya berpermulaan. Lagi soal hati yang
mengandung nurani, bagaimana kata nurani Anda?
Kepekaan-kepekaan
semacam itu juga sudah membudaya di kalangan para pendahulu kita. Pada masa
dulu, mereka sudah mempercayai bahwa sebenarnya di alam semesta ini ada
kekuatan entah Yang Maha Dahsyat dan berkuasa mengatur semuanya. Maka, nenek
moyang kita menjalani ritual animism dan dinamisme, yaitu dengan melakukan
pemujaan terhadap roh-roh halus, bebatuan, pohon-pohon besar, dan lain-lain.
Maklumlah, pada masa tersebut, pengetahuan masih jauh terbelakang. Alloh S.W.T
pun belum menyampaikan wahyu-Nya kepada nenek moyang kita…
Tetapi, di masa sekarang ini,
nyatanya sudah sampai kepada seluruh umat manusia di bumi mengenai kebenaran
sejati; yaitu kebenaran Illahi. Alloh S.W.T telah bermurah hati menuduhkan
kepada kita pedoman dalam menjalani kehidupan di dunia yang serba fana ini,
yaitu dengan agama.
# # #
Kun fayakun! Terciptalah manusia di
bumi…
Alhamdulillahi
katsiran! Alloh S.W.T. Maha Segala memberikan kita kesempatan untuk melakoni
hidup ini. Sungguh Alloh S.W.T. sangatlah menyayangi makhlukNya, sehingga Ia
tidaklah mungkin membiarkan kita hidup buta, linglung melanglang buana di bumi-Nya ini, dan sesat tanpa
petunjuk.
Sebagai
pertanda kasih sayangnya itu, diutuslah Rosul terakhir, Muhammad yang agung
sebagai rahmat lil alamin, rahmat
bagi seluruh alam. Tugas kerosulannya yaitu menyampaikan wahyu kebenaran AL-Qur
an (dan Al-Hadist) yang setia memandu
manusia menyusuri lorong-lorong waktu. Pun semua tuntunan sudah lengkap, tidak
ada yang terlewatkan. Maka padang
jingglanglah dunia!
Kadang, Alloh
S.W.T. juga senantiasa mengantarkan kita untuk merasakan berdiri di puncak
kesenangan. Kadang juga mengajak kita terjun ke jurang-jurang; memberikan kita
cobaan. Tentu saja Alloh S.W.T. memiliki maksud sendiri mengapa Ia membenturkan
kita dalam berbagai hal. Barangkali, itu supaya kita tahu rasa, peka dan terus
belajar untuk melakoni hidup ini sebaik-baiknya.
Ketahuilah,
tingkat makrifat itu sebanding dengan cobaan yang diberikan Alloh S.W.T.
Semakin besar cobaan yang diderita, artinya Alloh S.W.T. mempercayakan kita
untuk lebih mendekat. Alloh S.W.T. pun tahu ukuran kemampuan manusia. Pasti
segala cobaan itu akan bias terselesaikan.
Di balik
semua itu, ada satu lagi yang tidak kalah penting lagi; bahwasanya Alloh S.W.T. Yang
Maha Ilmiah telah menganugrahkan kita kemerdekaan dalam berpikir. Hal tersebut
diwujudkan dengan kita dikaruniai pikir dan hati. Pikiran berkaitan dengan
otak, sedangkan hati mengandung nurani. Nurani atau hati terkecil merupakan
bagian normatif yang memutuskan benar atau salah terhadap segala hasil
pemikiran dan tindakan kita. Nurani inilah yang membentuk norma susila.
Dari
keduanyalah yang menyebabkan kita selalu ingin tahu, kritis, dan ilmiah. Semua
itu demi hakikat kebenaran sehingga kita mengetahui akan segala seluk beluk. Kelak,
kita pun akan paham mengenai latar permasalahan kita dan sukses mengatasinya.
Oleh
karena itu, marilah kita belajar akan segala hal dengan ikhlas. Kejarlah ilmu
sampai ke liang kubur… ! Biar nantinya, pengetahuan kita akan menjadi penyokong iman, mengukuhkan
keyakinan kita akan adanya Alloh S.W.T.
Puncaknya,
dengan dua sayap mulia tadi, yaitu pengetahuan dan keimanan yang mendalam, kita
akan mampu menggapai kebenaran sejati; kebenaran illahi. Kemudian kita akan
merasakan nikmatnya iman. Hati akan berasa tenang, pasrah akan segala takdir
yang ditimpakan kepada kita, karena itu adalah yang terbaik untuk kita. Hidup
punya makna. Segala amal ibadahpun ringan dijalankan, lillahi ta ala.
# # #
Tentu saja keimanan itu tidak semudah membalikkan
tangan, atau cuma dikata saja, seperti
ketika saya menulis ini. Andai saja bisa didapatkan dengan mudah,
pastinya surge akan penuh dengan manusia.
Ketahuilah Saudaraku,
keimanan itu membutuhkan perjuangan yang nyata dalam dunia keseharian kita.
Juga bukan karena faktor surga dan neraka, tetapi harus mengantongi kecintaan
kita pada Alloh S.W.T. atas kebaikannya
mencipta dan mempercayakan kita sebagai makhluk-Nya untuk mencicipi hidup ini.
Marilah kita meluncur di jalan-jalan cinta menuju Alloh S.W.T., fi sabilillah…!
Dan sambutlah cinta sejati; cinta Illahi!
Nyatanya, lihatlah kenapa
masih banyak umat manusia yang angkuh, bohong, dan menuhankan dirinya sendiri.
Dengan berbagai dalil, mereka menolak adanya Alloh S.W.T yang telah berbaik
hati menciptakan mereka. Sedangkan kesehariannya, orang-orang tersebut bergumul
dengan nafsu,di lingkar-lingkar kubangan setan. Lalu melakoni tradisi-tradisi
syirik, free sex, narkoba, kriminalitas, dan masih teramat bvanyak lagi…
Hendaknya mari kita bertaubat, hidup suci layaknya Nabi!
Astaghfirullohal adzim…
0 Komentar