I. Pendahuluan
Puji syukur atas rahmat Alloh sudah menghantarkan penulis menyelesaikan tulisan ini. Berbagai anugrah dan nikmat yang tak mampu penulis adakan sendiri, seperti organ-organ tubuh, benda-benda, waktu, kesempatan, smangat menjadi modal penulis dalam memperjuangkan hidup ini. Seperti kata pepatah, "Pengalaman adalah guru terbaik", begitulah yang penulis rasakan. Bahwa segala lobang-lobang hidup, lembah gunungnya baik yang menguntungkan ataupun (sepintas) merugi, semuanya mengandung manfaat. Karena semuanya merupakan pengalaman yang berharga bagi penulis untuk dibawa dalam menapaki setiap jalan-jalan yang di depan. Menolak kenyamanan diri, melawan kekerdilan, menembus langit-langit ketidakpastian hidup.
Sejarah manusia terus bergulir karena adanya rasa ingin tahu manusia sehingga menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang mencengangkan. Manusia sejarah terus menerus bereksplorasi dan senantiasa mengembangkan diri demi kelangsungan keberadaannya di muka bumi ini. Sepanjang sejarah terus membuncahkan gejolak tindakan-tindakan yang pantas diperhitungkan, kecuali jika manusia atau individu bersedia mau terlempar kalah.
Salah satu keanehan yang mencengangkan yaitu ketidaksesuaian-ketidaksesuaian perilaku/ tindakan karena terjadi benturan-benturan baik itu dengan norma agama, sosial setempat, prinsip/ kebenaran yang dianut kelompok lain yang bersebrangan, hukum, atau mungkin diri sendiri. Sehingga muncul yang diistlahkan dengan 'kejahatan'. Meskipun kemudian, pengertiannya masih begitu ambigu karena banyak sekali benturan-benturan tadi, selubung ideologi, maupun sudut pandang kajian yang berbeda-beda.
Oleh karena itulah dibutuhkan metode yang tajam dan radikal untuk bisa membaca ambiguitas kejahatan dan keberadaannya itu. Sehingga cocoklah jika kita menggunakan kajian metafisika untuk menafsirkannya. Sehingga didapat pandangan yang menyeluruh, tidak sempit. Begitulah kurang lebihnya alasan penulis memberi judul tulisan ini 'Metafisika Kejahatan'. Adapun tujuannya yaitu untuk mendudukkan dan meluruskan beberapa pemikiran barat yang atheis dikarenakan problem keberadaan kejahatan di muka bumi ini yang begitu menggelisahkan, menyakiti, dan menindas.
Tulisan ini digunakan sebagai tugas materi Teologi Islam Kontemporer yang diampu oleh Bapak Drs. Mutiulloh S.Ag M.Ag untuk kemudian dipresentasikan dan didiskusikan bersama di kelas. Semoga bermanfaat dan semoga hidup kita senantiasa bermakna. Amin.
II. Pembahasan
A. Studi Kasus
Di sekitar penulis, sering melihat para peminta-minta di jalanan, terlebih dilakukan oleh anak di bawah umum. Menurut berbagai investigasi yang dilakukan, di kota-kota besar, anak-anak kecil itu dikendalikan dan dikontrol oleh bos yang berkuasa dikawasan tersebut. Ada yang berangkat dari modus penculikan, pemaksaan, atau memang diperkerjakan. Dia menyebar anak-anak kecil di berbagai titik di kawasan ramai. Kemudian disuruh mengumpulkan uang dengan cara memelas-melas meminta. Anak-anak kecil yang harusnya mengenyam pendidikan, tapi malah dibodohi, dipekerjakan tak manusiawi, diperas, bahkan tak jarang mereka kena pukul bosnya hanya karena kurang setoran. Sampai sekarang praktek semacam itu masih marak terjadi dan kejahatan terhadap anak di bawah umur tadi tak kunjung diatasi.
Di kehidupan jalanan yang bengis juga hidup segerombolan anak-anak yang mencari kebebasan atau juga pelarian dari kondisi keluarga yang broken home. Lalu termarginalisasi, tunawisma, hidupnya nomaden dari tempat satu ke tempat lain. Mereka biasa dikenal dengan sebutan 'anak punx' atau ada juga yang sinis menyebutnya 'anak kumuh' karena pakaian mereka yang awut-awutan, kotor, dan jarang ganti.
Anak-anak terlantar bukannya dipelihara oleh negara, tapi mereka selalu saja dikejar-kejar oleh aparat/ Satpol PP setempat karena dianggap sampah masyarakat. Oleh masyarakat sendiri sering dicibir keberadaannya.
Tidak hanya kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak, di berita televisi pun banyak mempublikasi kekerasan yang marak terjadi: pembunuhan seakan sudah menjadi hobi rakyat negeri ini, perampokan, pemerkosaaan, pencurian, pelacuran/ bisnis prostitusi, perdagangan manusia lintas negara, dst. Semakin televisi giat mempublikasi, perkembangannya jadi smakin ngeri.
Kelaparan senantiasa menjadi momok bagi penduduk yang berpenghasilan rendah/ menganggur/ di pemukiman kumuh dan terpencil. Bahkan sampai terjadi penyakit busung lapar yang menggigit dan menyebabkan tubuh lunglai tak punya energi yang cukup untuk beraktivitas. Setiap hari mereka mencari-cari apa yang bisa dimakan untuk hari ini, bertanya-tanya tak pasti apakah besok masih sanggup bertahan hidup? Sementara kelaparan kian melilit menjadi-jadi, usus berteriak-teriak minta makan.
Sakit, orang sakit di mana-mana dengan berbagai jenis penyakit yang bermacam-macam namanya. Sulit dirasakan, sulit digambarkan, sulit ditahan. Kenapa ada perasaan mencekam seeseperti itu yang harus dialami manusia?
Sehingga manusia berada dalam kesedihan. Manusia begitu berat menanggung penderitaan; capek, kecewa, putus asa, sakit hati, frustasi, dll. Kenapa hidup manusia dibikin terpuruk seperti ini?
Banyak juga hidup yang berantakan. Keluarga yang broken home, harus bercerai. Ada anak yatim, anak sebatangkara. Pengangguran di mana-mana yg tak jelas nasib dan masa depannya kelak. Kehidupan marginal yang selama ini tak dianggap seperti PSK, perbudakan dan komodifikasi manusia, difabel, autisme, sakit jiwa. Hidup ini absurd kah? Berantakan? Hambar dan tak bermakna?
Belum lagi bencana alam, gempa bumi, erupsi gunung berapi, longsor, kecelakaan di jalan-jalan, kematian yang menakutkan, kiamat yang akan datang? Kenapa bumi jadi sedemikian rusak begini?
Kenapa bisa ada kejahatan di muka bumi ini?
Dari manakah sumber kejahatan berasal? Kenapa Tuhan begitu tega menciptakan dan membiarkan kejahatan terjadi? Kenapa manusia dijadikan sulit begini? Kalau begitu, apa benar ada Tuhan di bumi ini?
A. Studi Kasus
Di sekitar penulis, sering melihat para peminta-minta di jalanan, terlebih dilakukan oleh anak di bawah umum. Menurut berbagai investigasi yang dilakukan, di kota-kota besar, anak-anak kecil itu dikendalikan dan dikontrol oleh bos yang berkuasa dikawasan tersebut. Ada yang berangkat dari modus penculikan, pemaksaan, atau memang diperkerjakan. Dia menyebar anak-anak kecil di berbagai titik di kawasan ramai. Kemudian disuruh mengumpulkan uang dengan cara memelas-melas meminta. Anak-anak kecil yang harusnya mengenyam pendidikan, tapi malah dibodohi, dipekerjakan tak manusiawi, diperas, bahkan tak jarang mereka kena pukul bosnya hanya karena kurang setoran. Sampai sekarang praktek semacam itu masih marak terjadi dan kejahatan terhadap anak di bawah umur tadi tak kunjung diatasi.
Di kehidupan jalanan yang bengis juga hidup segerombolan anak-anak yang mencari kebebasan atau juga pelarian dari kondisi keluarga yang broken home. Lalu termarginalisasi, tunawisma, hidupnya nomaden dari tempat satu ke tempat lain. Mereka biasa dikenal dengan sebutan 'anak punx' atau ada juga yang sinis menyebutnya 'anak kumuh' karena pakaian mereka yang awut-awutan, kotor, dan jarang ganti.
Anak-anak terlantar bukannya dipelihara oleh negara, tapi mereka selalu saja dikejar-kejar oleh aparat/ Satpol PP setempat karena dianggap sampah masyarakat. Oleh masyarakat sendiri sering dicibir keberadaannya.
Tidak hanya kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak, di berita televisi pun banyak mempublikasi kekerasan yang marak terjadi: pembunuhan seakan sudah menjadi hobi rakyat negeri ini, perampokan, pemerkosaaan, pencurian, pelacuran/ bisnis prostitusi, perdagangan manusia lintas negara, dst. Semakin televisi giat mempublikasi, perkembangannya jadi smakin ngeri.
Kelaparan senantiasa menjadi momok bagi penduduk yang berpenghasilan rendah/ menganggur/ di pemukiman kumuh dan terpencil. Bahkan sampai terjadi penyakit busung lapar yang menggigit dan menyebabkan tubuh lunglai tak punya energi yang cukup untuk beraktivitas. Setiap hari mereka mencari-cari apa yang bisa dimakan untuk hari ini, bertanya-tanya tak pasti apakah besok masih sanggup bertahan hidup? Sementara kelaparan kian melilit menjadi-jadi, usus berteriak-teriak minta makan.
Sakit, orang sakit di mana-mana dengan berbagai jenis penyakit yang bermacam-macam namanya. Sulit dirasakan, sulit digambarkan, sulit ditahan. Kenapa ada perasaan mencekam seeseperti itu yang harus dialami manusia?
Sehingga manusia berada dalam kesedihan. Manusia begitu berat menanggung penderitaan; capek, kecewa, putus asa, sakit hati, frustasi, dll. Kenapa hidup manusia dibikin terpuruk seperti ini?
Banyak juga hidup yang berantakan. Keluarga yang broken home, harus bercerai. Ada anak yatim, anak sebatangkara. Pengangguran di mana-mana yg tak jelas nasib dan masa depannya kelak. Kehidupan marginal yang selama ini tak dianggap seperti PSK, perbudakan dan komodifikasi manusia, difabel, autisme, sakit jiwa. Hidup ini absurd kah? Berantakan? Hambar dan tak bermakna?
Belum lagi bencana alam, gempa bumi, erupsi gunung berapi, longsor, kecelakaan di jalan-jalan, kematian yang menakutkan, kiamat yang akan datang? Kenapa bumi jadi sedemikian rusak begini?
Kenapa bisa ada kejahatan di muka bumi ini?
Dari manakah sumber kejahatan berasal? Kenapa Tuhan begitu tega menciptakan dan membiarkan kejahatan terjadi? Kenapa manusia dijadikan sulit begini? Kalau begitu, apa benar ada Tuhan di bumi ini?
B. Pengertian Kejahatan
Dalam kamus Webster (Webster's Dictionary), kejahatan (evil) didefinisikan mencakup, antara lain, sesuatu yang bersifat tidak bermoral, berdosa, kejam, merusak, memuakkan, akibat dari tabiat buruk, dan menyebabkan luka, kerugian, masalah, kesakitan, kesialan, dan atau penderitaan. Penderitaan (suffering) adalah istilah yang menggambarkan 'merasakan, menanggung, dan mengalami rasa sakit, hukuman, luka, kehilangan, atau kerusakan.'
Namun pengertian ini tidaklah baku karena mengandung unsur relativitas dan subjektivitas. Apa yang jahat bagi seseorang, bisa saja baik bagi orang lain. Misalkan, bagi bangsa Indonesia, Pangeran Diponegoro adalah pahlawan besar yang patut untuk dihormati dan diteladani. Namun bagi pihak penjajah, dia adalah pemberontak yang harus dibasmi. Relativitas kejahatan juga bisa ditinjau dari faktor waktu. Apa yang dulu dianggap jahat sekarang menjadi kegiatan yang baik/ lumrah. Contohnya berpacaran di kalangan remaja kini bukan merupakan hal yang tabu lagi. Jika kejahaan ditinjau dari segi tujuan, contohnya aku berbohong demi kebaikan. Seorang yang fakir miskin mencuri demi menafkahi anak-anaknya. Kemudian, jika kejahatan ditinjau dari sifat ketuhanan, hanya Alloh sajasaja yang Maha Sempurna, sedangkan yang lain cacat/ tidak sempurna. 1
Menilik dari pemaparan di atas. Tidak bisa jika kita langsung menjustifikasi bahwa suatu hal itu adalah jahat. Jangan sampai kita hanya memandang suatu perkara hanya sebelah mata/ menurut pendapat diri kita semata, tapi juga perlu mempertimbangkan faktor lain yang menyertai sebagai landasan suatu perkara tersebut. Oleh karenakarena itulah butuh suatu pendekatan yang menyeluruh dan radikal/ sampai ke akar-akar untuk memahaminya, yaitu dengan kajian metafisika.
Metafisika berangkat dari kata ta meta ta phisica yang artinya 'sesudah yang nampak'. Aristotles menyebutnya protophilosophia (filsafat pertama), kemudian Andronikos mengartikannya sebagai metafisika. Secara umum, metafisika adalah cabang dari filsafat sistematis yang mengkaji tentang being (Ada). Corak kajiannya dilakukan secara holistik, sistematis, dan radikal sehingga bisa ditemukan jawaban dari persoalan hingga seakar-akarnya. Dengan metafisika, kita bisa membongkar suatu wacana/ ideologi tertentu dilihat dari berbagai sudut pandang. Adapun untuk kajian metafisika kejahatan ini, penulis lebih menekankan pada metafisika keislaman, terutama aspek teologis/ sisi ketuhanannya.2
Dalam kamus Webster (Webster's Dictionary), kejahatan (evil) didefinisikan mencakup, antara lain, sesuatu yang bersifat tidak bermoral, berdosa, kejam, merusak, memuakkan, akibat dari tabiat buruk, dan menyebabkan luka, kerugian, masalah, kesakitan, kesialan, dan atau penderitaan. Penderitaan (suffering) adalah istilah yang menggambarkan 'merasakan, menanggung, dan mengalami rasa sakit, hukuman, luka, kehilangan, atau kerusakan.'
Namun pengertian ini tidaklah baku karena mengandung unsur relativitas dan subjektivitas. Apa yang jahat bagi seseorang, bisa saja baik bagi orang lain. Misalkan, bagi bangsa Indonesia, Pangeran Diponegoro adalah pahlawan besar yang patut untuk dihormati dan diteladani. Namun bagi pihak penjajah, dia adalah pemberontak yang harus dibasmi. Relativitas kejahatan juga bisa ditinjau dari faktor waktu. Apa yang dulu dianggap jahat sekarang menjadi kegiatan yang baik/ lumrah. Contohnya berpacaran di kalangan remaja kini bukan merupakan hal yang tabu lagi. Jika kejahaan ditinjau dari segi tujuan, contohnya aku berbohong demi kebaikan. Seorang yang fakir miskin mencuri demi menafkahi anak-anaknya. Kemudian, jika kejahatan ditinjau dari sifat ketuhanan, hanya Alloh sajasaja yang Maha Sempurna, sedangkan yang lain cacat/ tidak sempurna. 1
Menilik dari pemaparan di atas. Tidak bisa jika kita langsung menjustifikasi bahwa suatu hal itu adalah jahat. Jangan sampai kita hanya memandang suatu perkara hanya sebelah mata/ menurut pendapat diri kita semata, tapi juga perlu mempertimbangkan faktor lain yang menyertai sebagai landasan suatu perkara tersebut. Oleh karenakarena itulah butuh suatu pendekatan yang menyeluruh dan radikal/ sampai ke akar-akar untuk memahaminya, yaitu dengan kajian metafisika.
Metafisika berangkat dari kata ta meta ta phisica yang artinya 'sesudah yang nampak'. Aristotles menyebutnya protophilosophia (filsafat pertama), kemudian Andronikos mengartikannya sebagai metafisika. Secara umum, metafisika adalah cabang dari filsafat sistematis yang mengkaji tentang being (Ada). Corak kajiannya dilakukan secara holistik, sistematis, dan radikal sehingga bisa ditemukan jawaban dari persoalan hingga seakar-akarnya. Dengan metafisika, kita bisa membongkar suatu wacana/ ideologi tertentu dilihat dari berbagai sudut pandang. Adapun untuk kajian metafisika kejahatan ini, penulis lebih menekankan pada metafisika keislaman, terutama aspek teologis/ sisi ketuhanannya.2
C. Problem Logika
Dari studi kasus tadi, kita dapat menarik proposisi sebagai berikut:
Premis 1 : Tuhan bersifat maha baik
Premis 2 : Dunia berisikan kejahatan.
Sepintas, jika kita amati dua proposisi tersebut nampaknya saling berlawanan:
Tuhan bersifat maha baik, tetapi kenapa dunia berisikan kejahatan?
Kenapa tidak berisikan kebaikan (sehingga proposisi sesuai)?
Dari manakah kejahatan berasal/ apa yang ada di balik kejahatan?
Pertama, Tuhan telah merencanakan kebaikan di balik kejahatan. Hal ini menjadikan dua proposisi di atas tidak bertentangaan.
Kedua, sifat ke maha baik dan maha bijaksana nya Tuhan memungkinkan bahwa Tuhan lebih mengetahui apa yang terbaik bagi kita. Bisa jadi, apa yang selama ini kita anggap baik, kita idam-idamkan, justru akan berdampak buruk bagi kita. Sedangkan yang kita sangkal kebaikannya, justru itulah yang bermanfaat dan kita butuhkan. 3
D. Sedikit tentang Pemikir Barat yang Atheis
Alih-alih, penulis merasa kebanyakan para filsuf baik dari yang eksistensialis, humanis, hingga sosialis banyak yang tidak adil dan konsekuen terhadap pikirannya sendiri. Mereka banyak yang berbicara membahas problem kemanusiaan dengan sudut pandang antropocentrisme atau manusia sebagai pusat dan tolak ukur studi. Akan tetapi, kenapa kemudian kesimpulan yang diambil bercorak teocentrisme negatif? Mereka malah lebih menyalah-nyalahkan Tuhan daripada mencari akar persoalan pada sisi kemanusiaan itu sendiri. Inilah yang tidak adil, tidak konsekuen terhadap nalar yang dipakai. Pergeseran dari nalar antropocentrisme, kemudian mengembalikannya pada teocentrisme, epistemologi yang dipakai sudah berbeda sekali dan tak sejalan. Tidak ada kesinambungan darinya. Sementara Tuhan selalu saja dikorbankan.
Contohnya Nietche yang terkenal itu, ketika merespon zamannya dimana manusia mengalami krisis kemanusiaan atau dehumanisasi. Saat manusia loyo, hambar, dan tak berdaya, lantas kenapa justru statemen yang keluar darinya justru "Tuhan sudah mati"? Bukankah yang benar "Sifat kemanusiaan sudah mati." Itulah persoalan bahasa yang sepele namun begitu mendasar dan esensial sekali dalam bangun ruang sejarah filsafat. Jika filsuf mau jujur, bukan semata-maa hanya mengeluarkanmengeluarkan statemen-statemen yang bombastis dan menggemparkan.
Pemikiran Sartre dalam bukunya Eksistensialisme and Humanisme, juga belum sepenuhnya sempurna. Kurang lebih, menurutnya agar manusia menjadi pribadi yang independen, yang bebas dan merdeka, manusia harus meniadakan Tuhan dari dalam dirinya. Sartre tidak benar-benar mencari kepastian ada atau tidaknya Tuhan, bagaimana jika Tuhan benar-benar ada?Sementara dia hanya mengagung-agungkan kemampuan dirinya sendiri tanpa menganggaap entitas di luar dirinya? Maka terjebaklah dia pada kebebasan (seolah-olah) yang dia adakan sendiri.
Penulis pribadi mengamini pandangan Albert Camus yang menemukan absurditas dunia. Yaitu dunia yang hambar, tak bermakna, berantakan, dan hancur. Namun apakah
itu bisa dijadikan bukti akan ketiadaan Tuhan? Bagaimana jika Tuhan menyengaja menciptakan dunia yang absurd? Dunia yang belum pasti dan banyak sekali kemungkinan kejadian. Justru di situlah penulis menemukan peran manusia yaitu untuk merapikannya, mengatur dan memelihara dunia, dan terus bereksplorasi menghadapi segala yang di depan.
Sementara itu, kita perlu mengakui jika selama ini agama kebnyakan hanya sebagai tempat pasrah saja seperti yang diungkapkan kalangan Marxisme. Kemudian, kita harus ingat bahwa Islam mengajarkan agar kita terus bekerja keras seakan hendak hidup selama-lamanya, dilarang lari dari pertempuran (kecuali untuk menyusun strategi perang yang baru. Juga kita disuruh untuk mengubah nasib kita sendiri. Penulis melihat fenomena kepasrahan manusia sebagai kesalahpahaman pemeluknya terhadap agama, sedangkan ajaran agama tidak bisa digeneralisas dan dipersempit.4
Alhasil, dari pemaparan singkat di atas, kalangan atheis skeptis tidak sedang membuktikan ketiadaan Tuhan. Namun cenderung mengklaim kebenarannya sendiri sesuka hati. Dan tidak konsekuen terhadap epistemologi yang dipakainya. Mereka tdak sedang membuktikan, tapi ini hanya persoalan paradigma saja. Di samping itu, kalangan atheis cenderung dengan mindsetnya yang buruk sehingga keluar statemen-statemen negatif darinya, seperti Alloh itu kejam, dunia penuh penderitaan, dunia hambar, tak bermakna, hancur, dan lain-lain.
Harusnya, sudut pandang antropocentrisme itu mencari akar permasalahan pada faktor kemanusiaan itu sendiri. Bukan malah menyalah-nyalahkan dan menjadikan Tuhan sebagai korban. Tuhan maha baik dan maha bijaksana, manusialah yang suka kelewatan.
Contohnya, jika terjadi banjir, itu dikarenakan ulah manusia sendiri. Seperti buang sampah di sungai/ saluran air sehingga menyumbat, jalanan di aspal semua sehingga tak ada daerah resapan air. Hutan juga sudah digunduli semua. Jika ada kelaparan, tetangga sakit, salahkanlah manusia yang apatis tak mau menolong. Kriminalitas, pengangguran, pemukiman kumuh juga terjadi lantaran adanya ledakan penduduk yang dahsyat dan kurangnya manusia dalam berkreasi mengolah alam dan berbagai sumber daya yang ada. Yang seperti inilah penjelasan yang logis.
Alih-alih, penulis merasa kebanyakan para filsuf baik dari yang eksistensialis, humanis, hingga sosialis banyak yang tidak adil dan konsekuen terhadap pikirannya sendiri. Mereka banyak yang berbicara membahas problem kemanusiaan dengan sudut pandang antropocentrisme atau manusia sebagai pusat dan tolak ukur studi. Akan tetapi, kenapa kemudian kesimpulan yang diambil bercorak teocentrisme negatif? Mereka malah lebih menyalah-nyalahkan Tuhan daripada mencari akar persoalan pada sisi kemanusiaan itu sendiri. Inilah yang tidak adil, tidak konsekuen terhadap nalar yang dipakai. Pergeseran dari nalar antropocentrisme, kemudian mengembalikannya pada teocentrisme, epistemologi yang dipakai sudah berbeda sekali dan tak sejalan. Tidak ada kesinambungan darinya. Sementara Tuhan selalu saja dikorbankan.
Contohnya Nietche yang terkenal itu, ketika merespon zamannya dimana manusia mengalami krisis kemanusiaan atau dehumanisasi. Saat manusia loyo, hambar, dan tak berdaya, lantas kenapa justru statemen yang keluar darinya justru "Tuhan sudah mati"? Bukankah yang benar "Sifat kemanusiaan sudah mati." Itulah persoalan bahasa yang sepele namun begitu mendasar dan esensial sekali dalam bangun ruang sejarah filsafat. Jika filsuf mau jujur, bukan semata-maa hanya mengeluarkanmengeluarkan statemen-statemen yang bombastis dan menggemparkan.
Pemikiran Sartre dalam bukunya Eksistensialisme and Humanisme, juga belum sepenuhnya sempurna. Kurang lebih, menurutnya agar manusia menjadi pribadi yang independen, yang bebas dan merdeka, manusia harus meniadakan Tuhan dari dalam dirinya. Sartre tidak benar-benar mencari kepastian ada atau tidaknya Tuhan, bagaimana jika Tuhan benar-benar ada?Sementara dia hanya mengagung-agungkan kemampuan dirinya sendiri tanpa menganggaap entitas di luar dirinya? Maka terjebaklah dia pada kebebasan (seolah-olah) yang dia adakan sendiri.
Penulis pribadi mengamini pandangan Albert Camus yang menemukan absurditas dunia. Yaitu dunia yang hambar, tak bermakna, berantakan, dan hancur. Namun apakah
itu bisa dijadikan bukti akan ketiadaan Tuhan? Bagaimana jika Tuhan menyengaja menciptakan dunia yang absurd? Dunia yang belum pasti dan banyak sekali kemungkinan kejadian. Justru di situlah penulis menemukan peran manusia yaitu untuk merapikannya, mengatur dan memelihara dunia, dan terus bereksplorasi menghadapi segala yang di depan.
Sementara itu, kita perlu mengakui jika selama ini agama kebnyakan hanya sebagai tempat pasrah saja seperti yang diungkapkan kalangan Marxisme. Kemudian, kita harus ingat bahwa Islam mengajarkan agar kita terus bekerja keras seakan hendak hidup selama-lamanya, dilarang lari dari pertempuran (kecuali untuk menyusun strategi perang yang baru. Juga kita disuruh untuk mengubah nasib kita sendiri. Penulis melihat fenomena kepasrahan manusia sebagai kesalahpahaman pemeluknya terhadap agama, sedangkan ajaran agama tidak bisa digeneralisas dan dipersempit.4
Alhasil, dari pemaparan singkat di atas, kalangan atheis skeptis tidak sedang membuktikan ketiadaan Tuhan. Namun cenderung mengklaim kebenarannya sendiri sesuka hati. Dan tidak konsekuen terhadap epistemologi yang dipakainya. Mereka tdak sedang membuktikan, tapi ini hanya persoalan paradigma saja. Di samping itu, kalangan atheis cenderung dengan mindsetnya yang buruk sehingga keluar statemen-statemen negatif darinya, seperti Alloh itu kejam, dunia penuh penderitaan, dunia hambar, tak bermakna, hancur, dan lain-lain.
Harusnya, sudut pandang antropocentrisme itu mencari akar permasalahan pada faktor kemanusiaan itu sendiri. Bukan malah menyalah-nyalahkan dan menjadikan Tuhan sebagai korban. Tuhan maha baik dan maha bijaksana, manusialah yang suka kelewatan.
Contohnya, jika terjadi banjir, itu dikarenakan ulah manusia sendiri. Seperti buang sampah di sungai/ saluran air sehingga menyumbat, jalanan di aspal semua sehingga tak ada daerah resapan air. Hutan juga sudah digunduli semua. Jika ada kelaparan, tetangga sakit, salahkanlah manusia yang apatis tak mau menolong. Kriminalitas, pengangguran, pemukiman kumuh juga terjadi lantaran adanya ledakan penduduk yang dahsyat dan kurangnya manusia dalam berkreasi mengolah alam dan berbagai sumber daya yang ada. Yang seperti inilah penjelasan yang logis.
F. Tujuan Manusia di Bumi
Manusia tidak terlempar ke bumi dalam suatu kekosongan hidup karena Alloh sudah membekali kita dengan kitab panduan yaitu Al Quran dan Rosul utusan sebagai petunjuk dalam menjalani hidup ini agar tidak tersesat.
Tuhan tidak butuh manusia, tapi manusialah yang membutuhkanNya. Menyembah Tuhan berarti tunduk padaNya. Tuhan sudah menciptakan alam ini dan mengaturnya, baik itu dunia alamiah maupun tatanan sosial manusia. Ketika manusia berusaha melanggar batas-batas hukum itu, maka ia akan mendapati dirinya dalam penderitaan, kejahatan, dan nestapa. Oleh karena itu sudah sepatutnya manusia taat beribadah pada Alloh demi kebaikannya sendiri.5
"Aku telah menciptakan jin dan manusia hanya untuk mengabdi kepadaKu (QS Adzariyat : 56)
Manusia tidak terlempar ke bumi dalam suatu kekosongan hidup karena Alloh sudah membekali kita dengan kitab panduan yaitu Al Quran dan Rosul utusan sebagai petunjuk dalam menjalani hidup ini agar tidak tersesat.
Tuhan tidak butuh manusia, tapi manusialah yang membutuhkanNya. Menyembah Tuhan berarti tunduk padaNya. Tuhan sudah menciptakan alam ini dan mengaturnya, baik itu dunia alamiah maupun tatanan sosial manusia. Ketika manusia berusaha melanggar batas-batas hukum itu, maka ia akan mendapati dirinya dalam penderitaan, kejahatan, dan nestapa. Oleh karena itu sudah sepatutnya manusia taat beribadah pada Alloh demi kebaikannya sendiri.5
"Aku telah menciptakan jin dan manusia hanya untuk mengabdi kepadaKu (QS Adzariyat : 56)
Selebihnya, manusia diturunkan di bumi ini untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Manusia yang mengatur dan mengurusi bumi ini, menyelenggarakan negara, memelihara keseimbangan ekosistem, dll. Semua itu dalam rangka meneladani kebijaksanaanNya.
"Ketahuilah, tatkala Tuhanmu berkata kepada malaikat, "Aku hendak menciptakan khalifah di muka bumi ini." (QS Al Baqarah : 30)
Sungguh Maha Agung Alloh yang telah menciptakan makhluk luar biasa bernam manusia ini. Dia punya banyak sekali potensi dan kreativitas yang dikandungnyaa, bahkan bisa mempertanyakan tentang dirinya sendiri. Jasmani dan rohani yang menyatu tak terpisahkan. Hanya manusialah yang memiliki kebudayaan, peradaban, teknologi, dan seni. Hanya manusia yang punya kesadaran. Dia bisa membaca, menulis, berpikir, bertindak, dan berkarya. Manusia berdiri di atas puncak ciptaan Tuhan! BahkanBahkan di dalam diri manusia, tersimpan sifat keillhian Tuhan untuk kita meneladaniNya.6
"Tuhan menciptakan manusia menurut citraNya" (QS Al Baqarah : 31)
Tentang kehendak bebas dari kehendak manusia, seperti yang kita rasakan bahwa kita itu bebas memilih untuk melakukan kebaikan atau keburukan. Buktinya kita bisa melakukan apa saja. Kita juga bisa menolak dan melanggar perintah Alloh. Sabda Rosul,
" Pada Hari Kebangkitan, tidak ada yang lebih besar daripada anak Adam!"
Seseorang berkata, "Wahai Rosululloh! Bahkan tidak pula malaikat?"
Beliau menjawab," Bahkan tidak pula malaikat. Mereka bertindak terpaksa, seperti matahari dan bulan."
Beginilah manusia yang bertindak dengan pilihan. Dengan proses naik turun yang berat, menerjang gelombang hidup yang tak berbatas -tak berujung, hanya manusia yang mau dan mampu menjalaninya. Untuk mengenali dirinya sendiri. 7
Ketika penulis mendalami filsafat manusia, penulis merasa mendapat jawaban atas essai malaikat yang mengatakan bahwa manusia hanya suka menebar kerusakan dan pertumpahan darah di muka bumi ini. Namun Alloh menolak keras asumsi malaikat yang seperti itu, Alloh percaya pada manusia dan kemampuannya. Manusia diciptakan bukan untuk bertumpah darah, tapi untuk suatu tugas yang lebih besar, unggul, dan mulia!
Tentang kehendak manusia untuk terus menerus melakukaaan perubahan yang berarti, ingatlah bahwa Alloh tidak akan mengubah nasib suatu kaum, ssbelum kaum itu yang mengubahnya sendiri...:
"Ketahuilah, tatkala Tuhanmu berkata kepada malaikat, "Aku hendak menciptakan khalifah di muka bumi ini." (QS Al Baqarah : 30)
Sungguh Maha Agung Alloh yang telah menciptakan makhluk luar biasa bernam manusia ini. Dia punya banyak sekali potensi dan kreativitas yang dikandungnyaa, bahkan bisa mempertanyakan tentang dirinya sendiri. Jasmani dan rohani yang menyatu tak terpisahkan. Hanya manusialah yang memiliki kebudayaan, peradaban, teknologi, dan seni. Hanya manusia yang punya kesadaran. Dia bisa membaca, menulis, berpikir, bertindak, dan berkarya. Manusia berdiri di atas puncak ciptaan Tuhan! BahkanBahkan di dalam diri manusia, tersimpan sifat keillhian Tuhan untuk kita meneladaniNya.6
"Tuhan menciptakan manusia menurut citraNya" (QS Al Baqarah : 31)
Tentang kehendak bebas dari kehendak manusia, seperti yang kita rasakan bahwa kita itu bebas memilih untuk melakukan kebaikan atau keburukan. Buktinya kita bisa melakukan apa saja. Kita juga bisa menolak dan melanggar perintah Alloh. Sabda Rosul,
" Pada Hari Kebangkitan, tidak ada yang lebih besar daripada anak Adam!"
Seseorang berkata, "Wahai Rosululloh! Bahkan tidak pula malaikat?"
Beliau menjawab," Bahkan tidak pula malaikat. Mereka bertindak terpaksa, seperti matahari dan bulan."
Beginilah manusia yang bertindak dengan pilihan. Dengan proses naik turun yang berat, menerjang gelombang hidup yang tak berbatas -tak berujung, hanya manusia yang mau dan mampu menjalaninya. Untuk mengenali dirinya sendiri. 7
Ketika penulis mendalami filsafat manusia, penulis merasa mendapat jawaban atas essai malaikat yang mengatakan bahwa manusia hanya suka menebar kerusakan dan pertumpahan darah di muka bumi ini. Namun Alloh menolak keras asumsi malaikat yang seperti itu, Alloh percaya pada manusia dan kemampuannya. Manusia diciptakan bukan untuk bertumpah darah, tapi untuk suatu tugas yang lebih besar, unggul, dan mulia!
Tentang kehendak manusia untuk terus menerus melakukaaan perubahan yang berarti, ingatlah bahwa Alloh tidak akan mengubah nasib suatu kaum, ssbelum kaum itu yang mengubahnya sendiri...:
G. Hikmah/ Kesimpulan
Apa yang dianggap baik menurut ukuran manusia, yang diinginkan, belum tentu mendatangkan kebaikan. Sedangkan yang dianggap buruk, belum tentu seburuk yang manusia pikirkan! Jadi marilah kita senantiasa berpositif thinking atas ketentuan Alloh yang ditetapkan pada kita. Alloh maha mengerti apa yang terbaik bagi makhlukNya.
Ingatlah sesudah kesulitan pasti akan ada kemudahan. Setiap kesulitan merupakan proses pembelajaran dan pengalaman yang sangat berharga. Sehingga kita senantiasa belajar darinya. Penderitaan juga agar kita senantiasa menuju kebahagiaan bersamaNya. Manusia senantiasa mengalir, tidak selamanya menderita/ bahagia, jadi janganlah lengah! Teruslah belajar dan mendalami!8
RahmatNya mendahului murkaNya...
Masalah, untuk apa masalah? Masalah diturunkan untuk mengingatkan manusia, sebagai bagian dari rahmatNya agar manusia senantiasa belajar dan mendekat padaNya. Sebuah contoh, Perang Karbala bukan untuk muslim saling terpecah belah ke dalam golongan-golongan dan saling caci maki dan bertumpah darah tanpa henti.. Tapi hikmahnya agar setiap muslim jadi bersatu, seluruhnya!9
Apa yang dianggap baik menurut ukuran manusia, yang diinginkan, belum tentu mendatangkan kebaikan. Sedangkan yang dianggap buruk, belum tentu seburuk yang manusia pikirkan! Jadi marilah kita senantiasa berpositif thinking atas ketentuan Alloh yang ditetapkan pada kita. Alloh maha mengerti apa yang terbaik bagi makhlukNya.
Ingatlah sesudah kesulitan pasti akan ada kemudahan. Setiap kesulitan merupakan proses pembelajaran dan pengalaman yang sangat berharga. Sehingga kita senantiasa belajar darinya. Penderitaan juga agar kita senantiasa menuju kebahagiaan bersamaNya. Manusia senantiasa mengalir, tidak selamanya menderita/ bahagia, jadi janganlah lengah! Teruslah belajar dan mendalami!8
RahmatNya mendahului murkaNya...
Masalah, untuk apa masalah? Masalah diturunkan untuk mengingatkan manusia, sebagai bagian dari rahmatNya agar manusia senantiasa belajar dan mendekat padaNya. Sebuah contoh, Perang Karbala bukan untuk muslim saling terpecah belah ke dalam golongan-golongan dan saling caci maki dan bertumpah darah tanpa henti.. Tapi hikmahnya agar setiap muslim jadi bersatu, seluruhnya!9
III. Penutup
Alhamdulillah, akhirnya selesai juga penulisan makalah ini setelah penulis berjuang dan berusaha keras menuliskannya. Manusia memanglah harus memperjuangkan hidupnya seluruhnya. Apapun yang menghadang, menerjang! Karena dialah manusia, yang bisa...
Penulis berharap kita semua senantiasa bisa positif thinking terhadap keadaan kita sekarang, pintar-pintar menangkap hikmah untuk kehidupan kita yang menatap ke depan. Tidak berpikiran sempit dadan picik, sehingga suka menyalah-nyalahkan Tuhan lagi. Padahal kesalahan terjadi akibat ulah kita sendiri. Jadi mari terus belajar, mendalami, dan kerjakan!
Hanya inilah yang bisa penulis tuliskan, masih teramat sederhana dan apa adanya. Pembaca bisa menambahkan sendiri menurut pencariannya masing-masing dalam samudra hidup yang panjang ini. Kritik dan saran, ataupun komentar dari pembaca sangat penulis harapkan guna perbaikan dan penyempurnaan tulisan ini.
Semoga Alloh senantiasa memberikan petunjukNya bagi kita. Amin.
Alhamdulillah, akhirnya selesai juga penulisan makalah ini setelah penulis berjuang dan berusaha keras menuliskannya. Manusia memanglah harus memperjuangkan hidupnya seluruhnya. Apapun yang menghadang, menerjang! Karena dialah manusia, yang bisa...
Penulis berharap kita semua senantiasa bisa positif thinking terhadap keadaan kita sekarang, pintar-pintar menangkap hikmah untuk kehidupan kita yang menatap ke depan. Tidak berpikiran sempit dadan picik, sehingga suka menyalah-nyalahkan Tuhan lagi. Padahal kesalahan terjadi akibat ulah kita sendiri. Jadi mari terus belajar, mendalami, dan kerjakan!
Hanya inilah yang bisa penulis tuliskan, masih teramat sederhana dan apa adanya. Pembaca bisa menambahkan sendiri menurut pencariannya masing-masing dalam samudra hidup yang panjang ini. Kritik dan saran, ataupun komentar dari pembaca sangat penulis harapkan guna perbaikan dan penyempurnaan tulisan ini.
Semoga Alloh senantiasa memberikan petunjukNya bagi kita. Amin.
IV. Daftar Pustaka
Ahmad, Saiyad Fareed dan Saiyad Salahuddin Ahmad. 2008. 5 Tantangan Abadi terhadap Agama dan Jawaban Islam terhadapnya. Mizan: Jakarta.
Camus, Albert. 1988. Krisis Kebebasan. Cetakan I. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta.
Driyarkara. 1978. Filsafat Manusia. Cetakan II. Yayasan Kanisius: Yogyakarta.
Suseno, Franz Magnis. Menalar Tuhan. Yayasan Kanisius: Yogyakarta.
Muzairi. Buku Daras Metafisika. Yogyakarta.
Hilyaliya. 2011. Rasionalitas Eksistensi Tuhan. http://hilyaliya.wordpress.com/2011/01/26/rasionalitas-eksistensi-tuhan/#more-217. Terakhir diunduh tanggal 17 Nopember 2014.
Ahmad, Saiyad Fareed dan Saiyad Salahuddin Ahmad. 2008. 5 Tantangan Abadi terhadap Agama dan Jawaban Islam terhadapnya. Mizan: Jakarta.
Camus, Albert. 1988. Krisis Kebebasan. Cetakan I. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta.
Driyarkara. 1978. Filsafat Manusia. Cetakan II. Yayasan Kanisius: Yogyakarta.
Suseno, Franz Magnis. Menalar Tuhan. Yayasan Kanisius: Yogyakarta.
Muzairi. Buku Daras Metafisika. Yogyakarta.
Hilyaliya. 2011. Rasionalitas Eksistensi Tuhan. http://hilyaliya.wordpress.com/2011/01/26/rasionalitas-eksistensi-tuhan/#more-217. Terakhir diunduh tanggal 17 Nopember 2014.
0 Komentar