Balada Pencarian-Pelarianku Pagi-Pagi



Sepagi ini aku sudah berlari
Menolak kelupaan diri!
Sekencang berlari, tetap saja masih di bumi

Aku berjalan di atas ketidakmengertian-ketidakmengertianku
Keterbatasan yang terus aku geluti
Berusaha aku kikiskan
Perlahan... sekuat semampu dayaku


Para ilmuan mengukur yang didapatnya serba relatif
Bukan prosesnya yang salah tapi memang ukuran itu sendiri relatif
Hidup ini relatif!
Yang penting adalah apa gunanya segala ini untuk kita?
Apa yang bisa kita perbuat dengan hidup ini?

Sambil berlari aku berpuisi
Bagiku ini sangat penting sekali, istimewa
Menyangkut harga sejarah dan was-was manusia dengan berbagai pertimbangannya yang unik
Kujalani ini seorang diri
Entah bagaimana kau merasakannya
-Bingung yang sama kah?

Bicara soal iman,
Apakah itu nama tetanggaku?
Kenapa aku tiba tiba teringat padanya?
Aku berlari sambil bercerita di tepi motor motor yang mengkudeta
Apa benar si iman bisa menyebar kemustahilan?
Selama ini dia hanya menjadi omong kosongnya monster berjubah,
Sudahilah! Saatnya kamu yang mengubah!

Kini aku tak tahu lagi apakah mau terbang ke langit dengan sayap-sayap pemaknaanku,
Apakah injakkan kaki di aspal jalanan ini
Teramat naif para sufi yang hanya mencukupkan sekedar untuk diri sendiri
Utopis, apalagi untuk meraih cinta yang Illahi

Oh segera lah aku injak bumi meloncat sebanyak tiga kali
Menjejaki dunia material, begitu material
Biarkan aku kaya! Terkenal! Sukses dan hebat!

Aku harus menakhlukkan dunia
Bahwa itu tak ada apa-apanya dibanding besarnya rasa cintaku padaMu
Ini lah kerja aku  kepada Allah!

Akan aku tunjukkan bahwa Alloh mampu menciptakan Manusia Unggul!
Bukan manusia ecek-ecek yang penuh bertebaran seperti ini!!!

Ohoiii... Puisi kering... Puisi kosong... Puisi makna yang hambar...
Dijual mana mugkin laku,
Mending diikutkan lomba saja, kali aja menang!
Seperti aku yang sedang mencari kekasih
Bukan karena cantiknya, tetapi sikap hati yang sudah penuh terima
Seperti itulah aku menulis puisi
Menulis tak perlu indah
Karena tulisan adalah keindahan itu sendiri...
Dan ketika kupanggil ini puisi, jadilah ini puisi!

Kawanku, inilah zaman baru!
Nampaknya tenang, ternyata begitu menghanyutkan juga
Sadarlah! Style demonstrasi sudah basi
Sudah tak digubris, hanya memekakkan telinga
Bikin smakin panas dan tegang saja

Hanya, hanya kesadaran yang mampu menolong
:jangan cuma menolak dan mengkritik terus!
Sekali-kali, dukung dan kerjakan bersama!
Karena Kabinet Kerja memang kerja kita bersama
Atau hanya akan kembali lagi menggelinding...
Terjadi chaos! Onani yang memuncratkan negara gagal...
"Gagal maning, gagal maning...! Cape' dech..."

Jika suatu saat nanti aku kaya, aku menolak jadi orang kaya!
Aku tak mau cinta buta yang hanya mencukupkan berdua saja
Aku begitu gelisah saat hidupku nyaman-nyaman saja...
Siapa tahu aku berada di posisi yang salah?

Sambutlah pendulum sejarah
Teruskan jadi gelombang sorak sorai yang berirama indah...
Sambutlah senyumku, ceritakan pada orang sekitarmu
Lewat senyuman pula...
Maka lahirlah manusia baru di zaman baru
'Ayo saling sharing puisi yang vulgar
Sebelum kata, sebelum makna, baris dan jeda dikutungi nilai-nilai
Suarakan suara yang bisa tersuarakan!

"Akutakmengerti, akutakmengerti, akutakmengerti...,"
Begitulah kejujuran langkahku kalau kau berkenan mendengarnya
Sebijak-bijaknya manusia adalah dia yang merasa tidak tahu apa-apa
Dan sebenar-benar manusia adalah dia yang mengaku tak punya kebenaran apa-apa
Adanya tugas kita yaitu untuk terus menerus belajar, belajar, dan belajar...
Itu menurutku saja sih! Hehe...

Hidup ini begitu capek!
Kalau belum merasakan capek berarti belum merasakan nikmat hidup!
Hidup tak semudah 'cocotmu'!
Harus menderita pun mempertanggungjawabkan penderitaannya sendiri-sendiri
agar tersibaklah maksud disebaliknya...

Tadipun aku berlari karena capek!
Karena kesal! Karena marah!
Tapi tetap menolak lupa!
Kusyukuri apa-apa yang masih bisa kusyukuri,
Menjelmalah menjadi gairah hidup yang segar!
Ketika hidupmu mulai tak bermakna, Kekasihku...
Lawanlah! Lawanlah!
Bahkan jika harus sampai melawan dirimu
Sangkallah! Tolak dirimu!

Yang jelas, sepagi ini (sekitar jam 6) aku sudah bangun tidur
Sudah lari pagi...
Aku sudah lari sedangkan di sepanjang jalan kulihat orang masih duduk-duduk malas,
Kembali kupandangi kematian
Sudah mandeg karena tak punya hasrat dan cita-cita lagi
Tak punya takut yang menjadikannya berani
Sewaktu aku beli roti sama jamu pahitan di pasar,
Kulihat orang-orang suka berisik berisik mengulang hari harinya yang lalu lalu
Kamu juga pasti masih tidur kan ya?
Sepagi ini aku sudah pula sarapan di warung sederhana dengan pelayanan yang ramah
Teh anget, nasi anget, lawuhnya tempe anget. Enak banget...
-siap menyambut hari
untuk menutup dan membukanya lagi
Ingin slalu terjaga di saat yang lain masih tidur...

Kawanku, apapun yang terjadi dalam hidup ini,
Meski hari memakanmu,
Tetaplah smangat!!!
Jika ada 100 keraguanmu, mulailah kurangi satu
Insyaalloh Dia maha ngerti sekecil apapun proses kita
kita tinggal percaya kemudian menjalaninya
Hidup bukanlah sekedar hitungan benar atau salah,
tapi mau apa tidak kita menyatakan apa yang diyakini...

Keluarlah dari kamar-kamar kosmu yang sempit,
Kembalilah mati-matian di luar!
Pengetahuan ada di mana-mana
Belajarlah atas dasar Cinta
Oh dalam puisi inipun malah belum tertulis apa yang ingin kutulis,
Yaitu tentang kenapa aku harus berani
belum tereksperimentasi
terus menerus belajar, mencari, mencari,
Menulis dan mencari...
dan akan menemukan!

Posting Komentar

0 Komentar