WAHDATUL WUJUD, KEBEBASAN ORANG LAIN, PARADIGMA KAUM TERJAJAH.


1. Pernah saya menganut eksistensialisme absolut (ana-niyah) saat trance misuhi segala orang, kiai, tetua desa, birokrat, dan suka-suka gue menyuruh sahabat untuk apa........... hingga saya meninggalkan sahabat dan orang-orang itu dengan hatinya yang masih dan tergores luka baru.. / itu tak mengapa karena pada waktu itu saya adalah Tuhan dan kebebasan berkehendak (qudrot-irodah) adalah milikku. dan organ-organku terjuntai pada pohon-pohon, pada kepala bundar yang bodoh, sayap yang memeluk gedung-gedung, pada sistem yang harus selalu dan terus menerus aku gerakkan, aku dekte karena (waktu itu) aku adalah tuhan yang maha, dan bertugas merawat alam. Lantas saya berfikir, jangan-jangan tuhan yang saya citrakan selama ini adalah keliru dan pengertiannya berputar 180 derajat, ia sudah beralih tempat pada pengertian yang lain. sedangkan aku hanyalah citra tuhan yang statis, gagal, dan jika tak jerih payah menggulirkan diri dalam dunia pengenalan kembali, maka akan terjadi kehancuran dari dalam yang semakin remuk-ceruk ? apa yang lebih tak berharga selain kata yang sudah kehilangan maknanya.. / jadi saat ini posisi saya adalah the son of god (putra Alloh) yang walaubagaimanapun aku, segila-gila, seberontak-berontak, semurtad/ kafirnya aku sekalipun Dia akan tetap menyayangiku karena aku adalah anak-Nya, dengann kasih sayang-Nya yang tanpa pamrih. pernyataan ini selain secara teologis, juga bisa dilacak secara sosial-kultur. karena rahmat-Nya melintasi sekat-sekat apapun, mengangkat jiwa yang susah, memberi makan suatu keluarga yang kelaparan, memberi tempat bermukim, dan menuntun seseorang untuk menapaki jalan-Nya.. hakikatnya, setiap manusia adalah anak-anak Tuhan yang ia rawat, ia pelihara, dan ia sayangi...

2.Sebenarnya saya tak mempermasalahkan sesiapa saja yang mempraktekkan laku Wahdatul Wujud karena itu bagus, sah-sah saja dan secara gampang bisa dibilang puncak pengenalan. Saya kurang mengerti hal itu, namun saya hanya mengkritik jika tanpa sadar apa yang sedang kamu lakuin akan melukai hati orang lain dan orang di sekitarmu. Dan mereka tidak sampai hati/ takut mengatakannya padamu sehingga membuat hari-harinya dalam segudang tekanan. Saya juga tidak ada unsur iri denganmu karena menjadi diri saya sendiri saja tidak gampang, masak ingin menjadimu ? namun saya menyampaikan hal ini lantaran saya masih menganggapmu sahabat dan 'memanusiakan'mu. aku tak ingin menggunjingmu di belakang, kemudian tampil hormat dan sayang di depanmu. aku masih menggubrismu. / hm, bukanah tugas tuhan itu adalah memberi rahmat dan pengayom bagi sesama? aktif menyembuhkan jiwa-jiwa hambanya yang luka ?

3. kelanjutan dari point I bahwa ternyata Tuhan tidak berada di gedung-gedung mewah, di meja kekuasaan, ataupun dalam penilaian mayoritas orang.. namun tuhan ada di gang-gang yang sempit, di jalan-jalan yang becek, berakting menjadi pengemis, peminta-minta, orang yang lapar hingga mau sekarat. / ketika tidak ada lagi yang mau memberinya pinjaman, ketika nggak ada yang ngasih sesuap nasi, ketika orang udah masa bodo lihat manusia terlentang dan tersungkur lemas... ketika terpaksa melakukan tindakan kriminal hanya karena perut yang menjerit dan untuk bertahan Hidup. dan bukankah tuhan berada di kamar pelacur menemaninya seharian dalam menafkahi keluarganya ? //paradigma kaum terjajah dan tertindas tak terprediksi, berloncatan seperti nasibnya, dipaksa bungkam oleh keadaan, dan tak mampu memberontak/ sekedar teriak, perasaannya tercekat tak mampu mengungkapkan gagasannya karena tak didengarkan dan tak pernah dianggap, entah karena apa. bisanya bersabar menerima takdirnya sebagai yang terjajah.
/ bukanah tugas tuhan itu adalah memberi rahmat dan pengayom bagi sesama? aktif menyembuhkan jiwa-jiwa (hambanya) yang luka ?

Posting Komentar

0 Komentar